Wattpad

ANTU PIRAU = ORANG PENDEK (bukan HOAX)


 
“AI...MUNCUNG KAU NI
CUBO LA DI PIKIR SEBELUM BECAKAP.
 JANGAN MACAM ANTU PIRAU MANJANG”


Bagi orang Jambi, khususnya saya, Pasti tau dong ya mengenai Hantu fenomenal di kawasan taman Nasional ini.  Saya  sangat Akrab dengan panggilan yang satu ini. Tak lain tak bukan adalah ibu saya tersayang yang suka sekali menjuluki saya dengan panggilan sayang yang bernilai tiada tara tersebut.
Saya sendiri sebenarnya kurang tau banyak mengenai Orang pendek ini. Sejak kecil, saat saya masih sering berkunjung ke kampung ibu di wilayah Dusun Mudo kabupaten tanjung Jabung Barat, almarhum Nenek sering sekali mengingatkan, “Jangan main jauh-jauh, nanti du culik antu pirau!” seringkali saya bertanya kepada Ibu saya mengenai sosok antu Pirau tersebut. Maka tersebutlah legenda mengenai makhluk ini dalam dongeng-dongeng sebelum tidur saya di masa kecil.


Antu pirau tu badannyo kecik. 
Tumitnyo tebalek. 
Kalau belari cepat nian.
Yang di omonginyo mencarut bae!”
(Antu pirau itu bertubuh kecil, 
konon tumitnya berada di depan. 
Larinya cepat. 
Kalau berbicara seperti mencaci maki)

 Maka terpatrilah di benak saya mengenai sosok Antu pirau ini dalam kenangan yang sangat mudah di bangkitkan. Bukan hanya kenangan masa kecil saja. Setelah tumbuh dewasa, saya cukup di kenal sebagai wanita bermulut Labil (alias suka mencaci maki) Sehingga cerita antu Pirau itu bukan lagi sekedar dongeng, melainkan julukan untuk sifat tidak lazim yang saya miliki itu. Konon menurut orang tua-tua yang pernah bertemu dan berbicara dengan mereka, orang pendek senang sekali berbicara tanpa henti dan menuntut kita untuk mendengarkan cacian mereka. (terdengar seperti makhluk yang egois sekali bukan? Sama seperti saya. Haahhaha)
Antu Pirau dan Orang pendek sebenarnya digambarkan dengan bentuk yang sama, hanya saja, seiring berkembangnya zaman, Hantu Pirau kok jadi disamakan dengan kuntil anak, pocong dan suster ngespot  ya? Pernah beberapa tahun lalu ada pertunjukan rumah hantu di Jambi tomsquare mengenai Antu Pirau, penggambarannya sma sekali jauh dari Legenda yang ada di benak kanak-kanak saya. Di dalam hati, saya tidak terima. Bagi saya (Selain julukan pribadi dan kenangan yang terkait dengan keseruan di masa kecil) Hantu pirau atau orang pendek itu merupakan kekayaan Alam yang tidak bisa di remehkan. Jadi saya lebih memilih untuk tetap mempertahankan penggambaran Hantu pirau  sebagai Orang Pendek yang melegenda di Provinsi Jambi.
Provinsi Jambi adalah salah satu provinsi dengan Taman Nasional terbanyak di indonesia. Tidak kurang dari empat  buah taman Nasional hidup dan berkembang di kota Jambi. Taman Nasional ini merupakan tempat berkembang biak tumbuhan, hewan dan makhluk-makluk lain yang langka secara aman karena di lindungi oleh Pemerintah. Bahkan salah satu Tribe yang cukup di kenal di sumatra berlindung di Taman Nasional ini. Yakni suku Anak Dalam alias Kubu (dalam bahasa masyarakat kita).
 
Selain suku Anak Dalam, ada sebuah legenda misterius yang berkembang di kawasan gunung tujuh mengenai sosok orang pendek yang di analisir hidup di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) meskipun banyak pengakuan mengenai keberadaan orang pendek di tempat lain., namun penelitian mengenai orang Pendek ini seringkali di fokuskan di Taman Nasional Kerinci Seblat.
Belum di ketahui hingga saat ini apakah orang Pendek ini benar-benar ada atau hanya mitos. Beberapa penemuan Fosil di anggap sebagai Fosil kera belaka. Padahal kalau di fikir-fikir, dengan banyaknya wilayah Taman Nasional di Indonesia (khususnya di sumatra) bukan hal mustahil jika masih di temui spesies-spesies yang belum pernah tercatat dalam sejarah manusia. Orang pendek bisa jadi merupakan spesies manusia yang belum tercantum dalam peta besar spesies manusia Carolus Lineaus.
Orang pendek pada akhirnya tidak lagi hanya menjadi legenda.  Peneliti Edward Jacobson pada awal abad 20, tepatnya tanggal 21 agustus 1915 berbicara mengenai teorinya yang menemukan sekumpulan jejak misterius di danau Bento, di tenggara gunung kerinci. Mengenai jejak sepanjang lima inchi itu, pemandunya Mat Getoep menyatakan bahwa jejak itu adalah milik orang pendek. Pada desember 1917, seorang manager perkebunan teh bernama Oostingh mengaku bertemu dengan orang Pendek yang melarikan diri ke dalam semak lalu menghilang.  Deborah Martyr pada 1989 menemukan jejak orang pendek di TNKS lalu mencetaknya dengan Gips dan mengirimnya ke  badan pemerintahan yang mengurus taman Nasional. Namun  cetakan itu hilang. Pada 30 september 1994, akhirnya Deborah Martyr melihat sosok orang pendek ini dengan mata kepalanya sendiri. Menurutnya orang pendek tersebut berjalan dengan tenang sebelum akhirnya menoleh kepada Martyr lalu menghilang ke dalam hutan. (Enigma)
Para peneliti mendapati kemajuan pada tahun 2001 saat rombongan peneliti amatir dari inggris yang di pimpin Adam Davies akhirnya menemukan jejak orang pendek dan mengirimkan cetakan tersebut ke Cambridge. Cambridge sendiri menyatakan tidak yakin dengan jenis cetakan jejak itu. Menurut mereka jejak itu merupakan gabungan karakter dari jejak gibon, orang utan, simpanse dan manusia. Berbekal laporan itu, pada akhirnya tim penelitian yang lebih profesional bertajuk CFZ (centre for Fortean Zoology) sengaja di kirim ke Kerinci untuk mencari keberadaan orang Pendek. Dalam penelitian yang di lakukan pada tahun 2009 itu, pencarian orang pendek masih tidak bergerak dari Jejak dan penampakan secara tidak sengaja saja. Hingga kini Orang pendek masih menjadi Legenda yang di cari-cari keberadaannya. Keberadaan orang Pendek yang begitu misterius ini masih membuat dunia begitu penasaran. Menelisir Taman Nasional saja tidak dengan serta merta membuat paneliti menemukan orang habitat orang Pendek ini.
Menurut Hemat saya, orang pendek mungkin hidup nomaden seperti suku anak dalam. Mereka berpindah pindah tempat sehingga keberadaan pastinya sulit di tangkap. Namun seiring dengan waktu, suku Anak dalam kini sangat mudah di Jumpai di wilayah-wilayah pedesaan Jambi, (Ada juga yang sampe masuk kota dan belajar ngemis—mirisnya kekayaan alam kita! Karena taman Nasional mulai di buka dan mereka kehilangan rumah) tapi orang Pendek masih saja misterius dan tidak tampak. Saya sendiri ragu apakah sebaiknya Orang Pendek ini di temukan atau tidak. Saya malah khawatir jika pemerintah tidak mampu menangani mereka sebagaimana kelalaian terhadap penangan suku Anak dalam di provinsi Jambi jika spesies baru ini di temukan.  Terkadang lebih baik tidak di ketahui dan mereka hidup dengan aman daripada di ketahui kemudian punah, bukan?  Apapun yang terjadi nanti, (Sok romantis) saya harap kebaikanlah yang terjadi untuk suku tradisional di wilayah jambi, juga harimau sumatranya, apa lagi orang Pendeknya ya. :D



2 comments:

 

Quotes

“Apa boleh buat, jalan seorang penulis adalah jalan kreativitas, di mana segenap penghayatannya terhadap setiap inci gerak kehidupan, dari setiap detik dalam hidupnya, ditumpahkan dengan total, seperti setiap orang yang berusaha setia kepada hidup itu sendiri—satu-satunya hal yang membuat kita ada.”
Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara