Wattpad

Pengaruh Tungku terhadap cita rasa masakan

Keinget omongan saya dengan Che di BBM waktu itu. Bermula dari percakapan mengenai susahnya cari makanan enak di Jakarta (jadi saya agak heran kalau orang sini bilang di sini enak di ono enak, PH-nya aja cita rasanya beda disini sama di Jambi) dia cerita soal Papi-nya yang beribed nyari makan disini. Belum lagi sodara-sodaranya yang lain yang tinggal lebih jauh lagi. Akhirnya sampailah ke komentar mengapa masakan kampung lebih enak dari pada masakan kota. Jawabannya tak lain tak bukan adalah TUNGKU.

kakak-kakak cantik dari penjuru dunia ini aja mau belajar masak pake tungku. masa kamu gak mau?
Tungku adalah alat atau istalasi yang dirancang sebagai tempat pembakaran sehingga  dapat digunakan untuk memanaskan sesuatu. Tungku dapat sederhana, tersusun dari batu yang diatur sehingga bahan bakar terlindungi dan panas dapat diarahkan. Namun, kebanyakan tungku dibuat sedemikian rupa sehingga api atau panas yang terbentuk tidak terlalu membahayakan pengguna.
Tungku dapat digunakan untuk memanaskan ruangan (seperti pada pendiangan) atau memasak (merebus, menggoreng, atau membakar). Untuk merebus atau menggoreng, disukai tungku dengan ruang pemanas tertutup, seperti kompor. Untuk membakar, tungku dengan pemanas terbuka lebih disukai, seperti anglo atau pembakar.  (wikipedia)
Kalau Tungku ini sih bukan Khas Jambi saja. rata-rata masakan tradisional bercita rasa nikmat di masak dengan tungku. Kalau mejeng di kampung, makanannya enak meskipun warung skala kecil, biasanya di dapat dari ketelatenan masaknya. Beberapa minggu yang lalu saya masak sambal tanak petai dengan kompor Gas. hasilnya begitu cepat matang padahal wanginya belum sampe kerumah tetangga (hahahaha) dan setelah saya cicipi rasanya gak sama dengan masakan Almarhumah Nyai di Jambi. Saya agak kecewa dengan masakan saya. Untungnya saat saya sajikan ke Richard, dia doyan-doyan aja. Malah dia bialng pete ter enak yang pernah dia makan. MBak siam pembantu saya juga bilang enak. Tapi saya pernah merasakan sambal Tanak yang lebih enak dari ini.
Mulailah saya berdongeng ke Mbak siam tentang nenek saya yang selalu masak sambal Tanak ini setiap kali anak-anaknya ngumpul di rumah. Nenek orang berada, tanahnya banyak dimana-mana. perkebunan karetnya skala hektaran, kebun sawitnya tidak kalah luas dengan kebun Karet. saat Kompor gas masuk Jambi, bisa di bilang beliau orang pertama yang punya kompor gas. Tapi tau gak? dia masak tetep pake kayu bakar +tungku. cerita punya cerita ternyata menurut nenek rasanya beda. makanan yang di masak dengan kayu bakar lebih enak.
Kalau di bandingin sih emang bener. saya pernah nyobain masak dengan segala alat, dari mulai kayu bakar sampai kompor minyak tanah dan kompor gas. Masak dengan Kayu bakar paling merepotkan di antara semuanya, belum lagi abu yang berterbangan tanpa kendali sehingga kualinya musti di tutup-tutupin mulu. Kompor minyak lebih mudah. tapi aroma minyak tanah mempengaruhi aroma makanan. Bagaimana dengan Kompor gas? Kompor gas memiliki nyala api yang stabil namun besar. makanan terkadang matang di luar tapi tidak di dalam. kalaupun matang di dalam tidak matang secara sempurna. 
Di bandingkan dengan yang lainnya, nyala api kayu bakar cenderung lebih kecil, sehingga membutuhkan waktu lebih lama saat memasak. tapi aroma yang di hasilkan untuk makanan tergolong aroma murni masakan + aroma alam dari kayu bakar (holoh). sampai saat ini saya juga gak ngerti gimana bisa makanan yang di masak dengan Kayu punya cita rasa lebih enak. sebagian besar orang hanya menganggap hal itu sebagai mitos belaka.

No comments:

Post a Comment

 

Quotes

“Apa boleh buat, jalan seorang penulis adalah jalan kreativitas, di mana segenap penghayatannya terhadap setiap inci gerak kehidupan, dari setiap detik dalam hidupnya, ditumpahkan dengan total, seperti setiap orang yang berusaha setia kepada hidup itu sendiri—satu-satunya hal yang membuat kita ada.”
Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara