Wattpad

About Me

Sayo ko Budak Jambi!

terlahir dari seorang Ayah yang adalah merupakan (boros bahaso dak?) perantauan dari kota Padang, orang minang, dan ibu yang Melayu asli. Saya adalah anak sulung dari dua bersaudara, terkait kepada berpuluh-puluh sepupu, keluarga angkat, jauh maupun dekat. satu lagi, Saya bangga dengan Ke-Jambian saya. 
Menurut sensus penduduk 1990 (pernah nyensus penduduk dulu jaman kuliah) Saya di akui negara sebagai anak berketurunan Minang, mengikut silsilah keluarga Ayah. Namun karena di lahirkan, di besarkan, bersekolah (sebagian besar) bergaul, berantem, menangis, marah, berduka, bahagia, nyolong uang orang tua, di kejar pakai sapu karena pulang terlambat ke rumah,  punya kucing, di kejar anjing dan masih banyak lagi hal yang terjadi dalam hidup saya selama disana, maka dengan bangga saya katakan saya adalah Anak melayu. Budak Jambi.
Dulu Sewaktu saya di Jambi, Penghargaan saya terhadap Jambi tidak banyak. Cita-cita saya adalah keluar dari Jambi dan merantau sampai Jauh. Namun setelah impian saya sebagai anak rantau terpenuhi, Saya begitu Homesick seolah-olah tidak ada rumah selain di jambi, bukan pulang ke rumah namanya jika tidak pulang kejambi. saya merindukan hujan, aroma rumput, durian  tempoyak, bahkan pemandangan jamban-jamban di sungai batang hari sekalipun saya rindukan. Jika orang lain menuliskan tentang Amerika, Australia, Inggris, Jerman, dan lainnya...maka saya tidak akan puas sebelum saya tuntas membahas semua kenangan saya tentang Jambi yang saya tinggalkan. Ya saya begitu mencintai kampung Melayu dan budak-budak jambi.
Blog ini bukan memlulu berisi tentang jambi. saya menuliskan banyak hal lain pula disini. bagi yang ingin tau lebih banyak, silahkan hit CONTACT ME di atas dan tinggalkan pesan. :D 

terimakasih

No comments:

Post a Comment

 

Quotes

“Apa boleh buat, jalan seorang penulis adalah jalan kreativitas, di mana segenap penghayatannya terhadap setiap inci gerak kehidupan, dari setiap detik dalam hidupnya, ditumpahkan dengan total, seperti setiap orang yang berusaha setia kepada hidup itu sendiri—satu-satunya hal yang membuat kita ada.”
Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara