Wattpad

Banjir antara Jakarta dan Jambi

Jakarta banjir? gak aneh emang. keinget dulu januari 2010 (atau 2011 ya? gak inget) sewaktu merangkak mau ke kedubes amerika di merdeka selatan. dari Jambi udah booking pesawat di tanggal tertentu sekalian tiket buat pulang. eh ternyata di tanggal yang di tentukan, merdeka selatan kebanjiran. dua hari menjelang keberangkatan was wasnya minta ampun. akhirnya tiket di reschedule lagi, mundur seminggu setelahnya. Pagi ini saia liat berita lagi di Jakarta Globe dan menampilkan foto ini:

bagi saya pemandangan ini adalah pemandangan tiga atau empat tahun lalu. meskipun berita kebanyakan lebih suka menggambarkan bahwa banjir di gambar ini adalah keadaan saat ini.

Jauh di dalam hati ngedumel tentang betapa parahnya Jakarta sekarang. Richard gak berangkat ngajar. Baba gak sekolah, kesian. Jakarta bisa di bilang banjir setiap tahun ya? tapi kok masyarakatny gak belajar-belajar. terus masyarakatnya suka bully dan manja. Manja karena cuma nungguin uluran tangan dari pemerintah buat ngatasin banjir, sendirinya gak punya inisiatif menghadapi banjir. Bully karena maunya nyalahin oraaaaang aja. pemerintah di salahin mulu padahal gak kurang-kurangnya mereka juga buang sampah sembarangan.
Pagi ini terlibat obrolan dengan kawan dari Jambi di FB tentang Banjir di Jambi ( di Jambi banjir?) Ya. Jambi Banjir juga. Tapi gak heboh kaya jakarta. masyarakat jambi cendrung siap padahal banjir di jambi gak setiap tahun. banjir di jambi bisa di bilang gak musiman kaya di jakarta, terjadinya cuma kalo lagi Apes. itupun persiapan masyarakat mateng banget. misalnya: posisi rumah lebih tinggi dari jalan. jadi kalau ada aer yang lebih, ngalir di jalan2 dulu sampe ke batang hari. untung wilayah tertentu, masyarakat membangun rumah panggung. Jadi meskipun bajir, air tetap gak masuk rumah dan gak ngerusak barang elektronik. jadi, gak ada yang mati kesetrum kaya berita simpang suir pagi pagi. untuk alat transportasi, beberapa orang punya perahu kayu. jadi kegiatan tetap berjalan meskipun banjir. Ada lagi, di Candi muaro jambi, biasanya ada Festival lomba perahu. di beberapa tempat lain kadang ada lomba mancing lah, lomba perahu (juga_ lah dan masih banyak lagi. jauh di lubuk hati paling dalam saya  Akhirnya ngerti kenapa orang jambi gak sensitipan. bahkan saat banjir melanda aja masih berbahagia main perahu. (senang jadi budak Jambi)
Sewaktu saya kecil kalau yang namanya banjir rame2 berenang di air yang tergenang. main perahu sore2 sehabis mandi. dulu bapak waktu masih dinas di Tahtul Yaman, dari Mudung (rumah saya di sekoja) ke TY bisa di tempuh dengan perahu. hutan-hutan yang gak bisa di lewati, kalau banjir jadi bisa di lewati. pokoknya bagi saya kenangan banjir bukan kenangan buruk. Tapi sepertinya orang-orang di ibu kota enggak begitu.
Jadi menurut kalian gimana ibu kota tercinta ini? siapakah yang patut di salahkan? keadaan kita gak akan berubah kalau bukan diri kita sendiri yang ingin berubah. buat ibu-ibu yang pagi ini ngedumel di tipi tentang betapa pemerintah gak mau tau tentang keadaannya yang di alami setiap tahun, pliss. coba di fikir apa yang sudah kita buat untuk diri kita sendiri dulu? kita gak bisa mengharapkan bantuan dari orang lain kalau kita juga gak suka usaha untuk membantu diri kita sendiri.

No comments:

Post a Comment

 

Quotes

“Apa boleh buat, jalan seorang penulis adalah jalan kreativitas, di mana segenap penghayatannya terhadap setiap inci gerak kehidupan, dari setiap detik dalam hidupnya, ditumpahkan dengan total, seperti setiap orang yang berusaha setia kepada hidup itu sendiri—satu-satunya hal yang membuat kita ada.”
Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara